- DPR Argentina membentuk komisi khusus untuk menyelidiki skandal token LIBRA yang menyeret nama Presiden Milei.
- Pemanggilan pejabat tinggi dijadwalkan untuk mengungkap keterlibatan pemerintah dalam promosi token LIBRA yang kontroversial.
Dewan Perwakilan (DPR) Argentina akhirnya memutuskan untuk menyelidiki skandal token kripto LIBRA yang belakangan bikin gaduh. Bukan cuma karena ribuan investor mengaku rugi, tapi juga karena nama Presiden Javier Milei ikut terseret di dalamnya. Komisi investigasi resmi dibentuk lewat pemungutan suara yang cukup sengit—dan sekarang, bola panasnya sudah bergulir.
Cerita ini mulai meledak setelah Milei mempromosikan token LIBRA di media sosialnya awal tahun ini. Banyak yang mengira proyek ini bisa jadi solusi segar di tengah ekonomi Argentina yang udah ngos-ngosan. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya.
Harga token sempat melonjak setelah promosi itu, lalu anjlok tajam nggak lama kemudian. Investor kehilangan banyak, dan publik mulai curiga. Dugaan “rug pull” alias penipuan terencana pun mencuat, terutama setelah diketahui bahwa token itu baru saja dibuat beberapa menit sebelum Milei buka suara.
Lebih lanjut lagi, di tengah sorotan yang makin panas, Dewan Perwakilan pun menjadwalkan pemanggilan beberapa pejabat penting.
Menteri Ekonomi Luis Caputo, Kepala Staf Guillermo Francos, hingga Ketua Komisi Sekuritas Roberto Silva dijadwalkan hadir di depan parlemen. Mereka diminta menjelaskan sejauh mana keterlibatan pemerintah dan seberapa dalam pengaruh LIBRA di lingkaran kekuasaan.
Dari LIBRA ke WOLF: Langkah Anyar Hayden Davis
Di balik layar, muncul satu nama: Hayden Davis. Ia dikenal sebagai salah satu pendiri token LIBRA. Yang bikin bingung, meskipun sedang dicari oleh Interpol, Davis malah sempat meluncurkan proyek baru bernama WOLF.
Coba bayangkan kalau seseorang bikin produk gagal, lalu buru-buru luncurkan yang mirip lagi padahal kasus sebelumnya belum beres. Kurang lebih begitulah situasinya.
Menurut laporan CNF, proyek WOLF ini juga memancing kekhawatiran karena konsepnya hampir serupa dengan LIBRA. Banyak yang bertanya-tanya, apakah ini strategi pengalihan, uji nyali, atau memang benar-benar proyek baru yang “kebetulan” mirip? Yang jelas, reputasi Davis, dan terlebih lagi hubungan pribadinya dengan Presiden Milei, mulai jadi bahan perbincangan di mana-mana.
Dukungan Politik Milei Mulai Terkikis
Masalahnya nggak berhenti di soal token. Skandal ini muncul di saat Milei sedang gencar-gencarnya membangun dukungan politik menjelang pemilu. Sayangnya, kasus ini malah dianggap menggerus kepercayaan publik.
Di sisi lain, banyak analis politik melihat bahwa ini bisa jadi momen kritis yang memperlambat atau bahkan menghentikan langkah-langkah agresif Milei dalam reformasi ekonomi dan pengaruhnya di parlemen.
Bukan cuma itu, investigasi ini berpotensi menyeret konsekuensi hukum dan politik lebih jauh. Apalagi jika terbukti ada keterlibatan atau koordinasi dalam peluncuran token LIBRA yang berdampak buruk ke ribuan warga. Beberapa suara oposisi bahkan mulai menyerukan pemakzulan, meski hal itu masih terlalu dini untuk dipastikan.
