- SEC menggugat Unicoin atas tuduhan penipuan US$100 juta dari penjualan token dengan klaim aset yang tak pernah ada.
- Tiga eksekutif Unicoin dituduh menyesatkan publik lewat kampanye pemasaran besar dengan janji imbal hasil tak realistis.
Coba bayangkan kalau kamu lagi di bandara, melihat papan reklame besar yang menjanjikan token digital dengan potensi keuntungan jutaan persen, lengkap dengan klaim bahwa token itu didukung oleh properti dunia nyata senilai miliaran dolar.
Terdengar terlalu bagus untuk dilewatkan? Nah, itulah yang dilakukan ribuan orang, sebelum SEC turun tangan dan mengatakan: “Tunggu dulu, ini ada yang janggal.”
Janji Mewah, Realita Jauh Panggang dari Api
Baru-baru ini, Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) resmi menggugat Unicoin Inc. dan tiga eksekutif utamanya, yaitu Alex Konanykhin, Maria (atau Silvina) Moschini, dan Alejandro Dominguez, atas tuduhan penipuan lebih dari US$100 juta.
Inti dari perkara ini adalah penjualan “Unicoin Rights Certificates,” yang menurut SEC ditawarkan dengan janji-janji palsu. Token tersebut diklaim didukung oleh aset properti global senilai miliaran dolar. Masalahnya? Asetnya belum dimiliki dan nilainya jauh dari apa yang dijanjikan.
🚨JUST IN: The @SECGov has charged @Unicoin_News and execs including CEO Alex Konanykhin and Silvina Moschini for allegedly defrauding 5,000+ investors with false and misleading claims that its crypto token was backed by billions in real estate. SEC says only ~$110M raised, not… https://t.co/NIzRRL4Tum
— Eleanor Terrett (@EleanorTerrett) May 21, 2025
Di sisi lain, jumlah dana yang sebenarnya berhasil dikumpulkan oleh Unicoin hanya sekitar US$110 juta, meski mereka sempat menyatakan telah meraih angka US$3 miliar.
Apalagi, pemasaran token ini tidak main-main, di mana iklan bertebaran di ribuan taksi New York City, TV, media sosial, bahkan bandara internasional. Unicoin juga sempat menjanjikan keuntungan ekstrim hingga “9 juta persen.” Kalau kedengaran seperti mimpi, ya memang begitu kenyataannya.
Kasus ini bukan hanya soal penipuan besar-besaran, tapi juga menjadi peringatan bagi siapa pun yang tergoda janji-janji investasi luar biasa di dunia kripto.
Saat SEC Sibuk Mengatur Langkah di Tengah Kekacauan Kripto
Menariknya, gugatan terhadap Unicoin ini datang di tengah banyaknya manuver SEC di sektor kripto. Pada akhir April lalu, CNF melaporkan bahwa SEC menutup penyelidikan terhadap stablecoin PYUSD milik PayPal, tanpa sanksi, peringatan, atau tindakan hukum apa pun. Artinya? PayPal boleh bernapas lega dan terus mengembangkan proyek kripto mereka tanpa bayang-bayang hukum.
Namun demikian, langkah SEC tidak selalu berupa penyelesaian damai. Misalnya, pada 16 Mei, SEC sedang menyelidiki apakah Coinbase telah melebih-lebihkan jumlah pengguna aktif mereka dalam laporan publik.
Coinbase menyatakan bahwa mereka kini menggunakan metrik “pengguna transaksional bulanan” yang lebih akurat ketimbang sekadar orang yang pernah verifikasi email. Tapi tetap saja, kalau ternyata angka yang dibesar-besarkan sampai memengaruhi kepercayaan investor, maka potensi masalahnya bisa melebar.
Lebih lanjut lagi, SEC juga belum lama ini telah menunda keputusan atas proposal ETF spot untuk XRP, Dogecoin, dan bahkan Solana. Penundaan itu, kata mereka, untuk memungkinkan analisis tambahan terkait pencegahan manipulasi pasar dan perlindungan investor. Kesan yang muncul? Mereka hati-hati, tapi dalam waktu yang bersamaan, membuat pasar bingung harus melangkah ke mana.
Tidak hanya itu, Komisaris SEC, Caroline Crenshaw, pun angkat bicara di konferensi “SEC Speaks.” Ia menyebut kebijakan penegakan hukum SEC sekarang seperti “regulasi Jenga,” rapuh dan penuh risiko.
Menurutnya, penyelesaian yang terlalu cepat seperti dengan Ripple dan sikap lembek terhadap pelanggaran bisa melemahkan kepercayaan investor ritel. Belum lagi, ia mengkhawatirkan hilangnya staf-staf berpengalaman di lembaga tersebut.