- RUU GENIUS berupaya membawa Tether ke bawah hukum AS, meskipun berbasis di luar negeri.
- Tether meluncurkan proyek besar seperti Tether.AI dan integrasi USDT di aplikasi LINE.
Satu langkah baru dari legislatif Amerika bikin dunia kripto gelisah: versi terbaru dari RUU stablecoin yang dikenal sebagai GENIUS Bill tiba-tiba menyisipkan klausul yang bisa bikin Tether masuk dalam jangkauan hukum AS.
Padahal selama ini, banyak yang berpikir perusahaan penerbit USDT itu aman karena berbasis di luar negeri. Tapi tidak, kalau RUU ini lolos, semua penerbit stablecoin asing—selama mereka punya pengguna di Amerika—bisa diminta patuh ke regulator setempat.
Coba bayangkan kalau kamu jualan bakso di luar negeri, lalu tiba-tiba disuruh ikut aturan dari negara lain, cuma karena pelangganmu ada di sana. Kurang lebih begitulah logika yang dibangun dalam RUU ini. Namun demikian, rencana ini belum berjalan mulus.
Pada 8 Mei 2025, voting di Senat gagal. RUU tersebut mentok di angka 49 suara, kurang dari batas minimum 60 untuk lanjut ke tahap akhir. Beberapa senator dari Partai Republik dan Demokrat angkat tangan, dengan alasan kekhawatiran soal celah pencucian uang, pengawasan terhadap entitas asing, dan ya… tentu saja, konflik kepentingan.
JUST IN: 🇺🇸 $USDT issuer Tether to be brought under U.S. jurisdiction, regardless of where it is based, according to newest version of GENIUS stablecoin bill. pic.twitter.com/0MQndZwQ4t
— Whale Insider (@WhaleInsider) May 9, 2025
Sorotan Tambahan ke Tether dan Gerak-Geriknya
Masalahnya bukan cuma soal lokasi. Di sisi lain, CNF sebelumnya melaporkan bahwa Tether ternyata jadi pemegang terbesar ketujuh dari surat utang negara AS, dengan nilai mencapai US$33,1 miliar. Angka yang cukup bikin merinding, mengingat ini bukan bank sentral.
Di luar dunia stablecoin, mereka juga merambah penambangan Bitcoin, bahkan distribusi dolar global yang mengklaim menjangkau 400 juta orang. Jadi, makin lebar sayapnya, makin besar pula sorotan dari regulator.
Belum cukup sampai di situ. Di awal Mei, mereka seperti menabuh genderang lewat sejumlah manuver strategis. Pada 1 Mei, Tether lapor ke publik bahwa mereka berhasil mengantongi lebih dari US$1 miliar laba operasional untuk kuartal pertama tahun ini. Mereka bilang pencapaian itu datang dari investasi pada surat utang AS yang nilainya sudah mendekati US$120 miliar.
Bersamaan dengan itu, pasokan USDT juga naik US$7 miliar dan jumlah dompet pengguna bertambah 46 juta. Angka-angka itu tentu saja menambah kepercayaan di tengah pasar yang belakangan banyak drama.
Selang empat hari kemudian, mereka umumkan peluncuran Tether.AI—sebuah platform kecerdasan buatan open-source yang bakal mendukung pembayaran dengan USDT dan Bitcoin. Platform ini tidak bergantung pada server pusat, dan akan langsung terhubung dengan Keet, aplikasi obrolan peer-to-peer. Bisa dibayangkan, ke depannya, transaksi pakai stablecoin mungkin bakal semudah ngobrol via chat.
Lalu tanggal 7 Mei, mereka kembali bikin kejutan lewat kolaborasi dengan LINE NEXT. USDT resmi mendarat di blockchain Kaia, yang artinya lebih dari 196 juta pengguna LINE di Asia bisa langsung pakai USDT buat belanja, kirim uang lintas negara, bahkan nyemplung ke aktivitas DeFi—semua dari dompet dalam aplikasi.
Dan seperti belum cukup, CEO Tether, Paolo Ardoino, memicu spekulasi lagi lewat postingan di X sehari setelahnya: “Ci vediamo lì.” Artinya? “Sampai jumpa di sana.” Tanpa konteks apa pun, tapi disertai gambar misterius. Banyak yang menduga itu adalah teaser untuk peluncuran produk baru atau kemitraan strategis besar-besaran.