- Robinhood sedang mengembangkan platform berbasis blockchain untuk tokenisasi sekuritas AS bagi investor ritel di Eropa.
- Robinhood memperoleh lisensi pialang di Lituania dan akuisisi Bitstamp untuk dukung ekspansi layanan sekuritas token di Uni Eropa.
Robinhood mulai mengguncang cara orang mengakses pasar saham Amerika. Bukan lewat aplikasi trading biasa, tapi lewat blockchain. Berdasarkan Bloomberg, perusahaan ini tengah mengembangkan platform yang memungkinkan investor ritel di Eropa untuk membeli dan menjual sekuritas Amerika Serikat dalam bentuk token.
Idenya? Bikin proses lebih cepat, transparan, dan bisa diakses siapa saja dari mana saja—tanpa harus ribet lewat jalur keuangan tradisional.
Robinhood Siapkan Jalan Baru Lewat Blockchain dan Lisensi UE
Menariknya, Robinhood gak cuma asal lempar ide. Mereka sudah menjajaki teknologi blockchain seperti Arbitrum dan Solana untuk mendukung sistem ini. Tujuannya jelas: membangun infrastruktur yang kuat, tapi juga ringan dan efisien.
Meski belum diumumkan siapa mitra teknologinya, arahnya sudah terang. Coba bayangkan kalau kamu bisa beli saham AS semudah mengirim pesan lewat aplikasi. Itu yang lagi mereka usahakan.
Lebih lanjut lagi, mereka juga sudah mengantongi lisensi pialang dari Lituania sejak April 2025. Lisensi ini jadi kunci pembuka bagi Robinhood buat melayani investor di seluruh Uni Eropa.
Di sisi lain, mereka juga dalam proses akuisisi bursa kripto Bitstamp, yang sudah punya lisensi Multilateral Trading Facility (MTF). Langkah ini bisa jadi jalan pintas buat mempercepat peluncuran platform tokenisasi sekuritas yang lagi disiapkan.
Pendekatan Serius dan Performa yang Lagi Kinclong
Ternyata bukan cuma mimpi atau konsep. Robinhood menunjukkan keseriusannya dengan data yang cukup meyakinkan. Di kuartal pertama 2025, mereka mencatat laba bersih sebesar US$336 juta—dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Pendapatan dari transaksi naik 77% jadi US$583 juta, sementara pendapatan dari perdagangan kripto melonjak sampai US$252 juta. Ini bukan cuma hasil kerja keras internal, tapi juga dipicu oleh kondisi global, termasuk kebijakan perdagangan Presiden Trump yang bikin pasar jadi lebih aktif dan dinamis.
Bukan cuma itu, CEO Robinhood, Vlad Tenev, juga menyurati Gugus Tugas Kripto dari SEC pada April 2025. Surat itu mendorong terbentuknya kerangka regulasi federal untuk tokenisasi aset dunia nyata. Menurutnya, tokenisasi bisa jadi cara baru untuk bikin pasar lebih efisien, cair, dan aman bagi investor. Artinya, mereka nggak cuma mikirin keuntungan, tapi juga masa depan sistem keuangan global.
Sambil menyiapkan peluncuran platform barunya, Robinhood juga terus bergerak di sisi lain. CNF melaporkan bahwa mereka telah meluncurkan pusat pasar prediksi dalam aplikasinya. Fitur ini memungkinkan pengguna berspekulasi soal hasil dari berbagai peristiwa penting. Kurang lebih mirip dengan Polymarket, tapi dengan sentuhan Robinhood yang lebih familiar bagi pengguna mainstream.
Terakhir, sebagai bentuk keterbukaan terhadap publik dan investor, Robinhood akan hadir di Konferensi J.P. Morgan Global Technology, Media, and Communications pada 14 Mei 2025.
Chief Brokerage Officer mereka, Steve Quirk, dijadwalkan untuk menyampaikan presentasi yang bisa ditonton langsung melalui webcast. Jadi, kalau penasaran seberapa jauh Robinhood bakal membawa proyek tokenisasi ini, kamu bisa simak langsung update-nya di sana.
