- Perusahaan asal Abu Dhabi meningkatkan kepemilikan saham IBIT sebagai langkah aman masuk ke aset digital.
- ETF Bitcoin jadi cara praktis bagi institusi besar mengakses dunia kripto.
Bukan lewat bursa kripto langsung, melainkan lewat produk investasi yang lebih “rapi.” Mubadala Investment Company, perusahaan investasi milik pemerintah Abu Dhabi, kembali meningkatkan eksposurnya ke Bitcoin.
Kali ini bukan sekadar coba-coba, mereka menambah kepemilikan saham iShares Bitcoin Trust (IBIT) milik BlackRock menjadi 8.726.972 saham per akhir Maret 2025 dan nilainya sekitar US$408,5 juta.
🇦🇪Abu Dhabi’s Mubadala invests $408M in BlackRock’s Bitcoin ETF, boosting its holdings as U.S. BTC ETFs see record inflows! 💹 pic.twitter.com/DMnjI7885e
— Coin Bureau (@coinbureau) May 16, 2025
BlackRock Buka Jalan Investasi Kripto Tanpa Repot untuk Institusi
Jumlah tersebut naik dari sekitar 8,2 juta saham pada akhir 2024. Meski nilai totalnya justru turun dari US$436 juta sebelumnya, itu lebih karena harga IBIT yang sedikit terkoreksi. Tapi yang menarik bukan cuma soal angkanya. Yang lebih penting: ini langkah lanjutan dari entitas pemerintah Abu Dhabi untuk makin mendekat ke dunia aset digital, tapi tetap lewat jalur yang aman dan regulatif.
Investasi lewat ETF seperti ini memberikan eksposur harga Bitcoin tanpa perlu pegang langsung kunci privat atau dompet digital. Coba bayangkan kalau institusi besar kayak Mubadala langsung nyimpan Bitcoin di cold wallet. Ribet. Mereka butuh sesuatu yang likuid, teregulasi, dan gampang dipantau. Di sinilah peran IBIT jadi menarik.
Ketika Dunia Kripto Dihadapkan pada Pilihan dan Tantangan Baru
Di sisi lain, CNF sebelumnya melaporkan bahwa BlackRock makin agresif mengembangkan ETF kripto. Pada April, mereka meluncurkan produk Bitcoin ETF pertama mereka di Eropa, dengan kode IB1T. Basisnya di Swiss, tapi juga didaftarkan di Xetra dan Euronext Paris. Jadi, investor Eropa bisa ikut nyemplung lewat bursa resmi, bukan sekadar exchange digital.
Namun demikian, BlackRock juga ternyata nggak cuma mikirin soal ekspansi. Pada 16 Mei, mereka sempat memperingatkan komunitas soal potensi ancaman dari komputer kuantum terhadap keamanan Bitcoin.
Teknologi ini bisa bikin algoritma kriptografi Bitcoin jadi rapuh. Kalau jaringan Bitcoin sampai disusupi, wah, dampaknya bisa luas banget. BlackRock bahkan menyarankan mulai diskusi serius soal kriptografi pasca-kuantum.
Lebih lanjut lagi, ada satu isu yang juga mencuat: kemungkinan ETF berbasis XRP. Vandell Aljarrah, analis kripto, menyebut bahwa BlackRock kemungkinan besar bakal meluncurkan ETF XRP, apalagi setelah Ripple dan SEC menyelesaikan konflik hukumnya.
Tapi, Aljarrah mengingatkan kalau ETF seperti itu mungkin hanya menguntungkan institusi besar. Investor ritel hanya dapat eksposur harga, tanpa akses ke fungsi asli XRP kayak pengiriman lintas batas atau likuiditas langsung.
Sementara itu, CEO BlackRock, Larry Fink, pada Februari lalu bikin pernyataan yang bikin banyak orang mikir. Ia bilang, kalau institusi global mulai alokasikan 2% hingga 5% portofolionya ke Bitcoin, harga BTC bisa melonjak sampai US$700.000. Fink dulu sempat skeptis soal kripto, tapi sekarang justru melihat Bitcoin sebagai pelindung nilai dari inflasi dan ketidakstabilan politik.
Melihat tren ini, bisa dibilang strategi Mubadala cukup logis. Mereka nggak loncat langsung ke dunia kripto dengan cara yang berisiko, tapi memilih pendekatan yang terstruktur lewat IBIT.