- Pertemuan AS-China di Swiss berujung pada kesepakatan awal yang membuka peluang pemulihan hubungan dagang kedua negara.
- Optimisme pasar kripto meningkat seiring sinyal meredanya ketegangan geopolitik dan narasi positif dari pertemuan diplomatik tersebut.
Langkah Amerika Serikat dan China yang bertemu di Jenewa, Swiss, pada 10 Mei 2025 lalu, memang bukan pertemuan biasa. Presiden Donald Trump langsung menyebut hasilnya sebagai “reset total” hubungan dagang kedua negara. Bahasa yang dipilih Trump ini cukup keras tapi juga mengisyaratkan titik balik.

Swiss Bicara Damai, Okinawa Pamer Kekuatan
Dalam pernyataannya di media sosial, ia menekankan bahwa diskusi berlangsung ramah dan penuh konstruksi, dengan kesepakatan awal yang membuka peluang pasar China untuk perusahaan Amerika. Coba bayangkan kalau dua raksasa ekonomi ini benar-benar saling buka pintu—apa dampaknya?
Lebih lanjut lagi, pertemuan itu tidak berdiri sendiri. Tiga hari sebelumnya, pada 7 Mei, Laksamana Samuel Paparo, Kepala Komando Indo-Pasifik AS, sempat memberikan peringatan keras. Ia bilang bahwa kekuatan militer China tengah menuju ke arah yang bisa menyalip AS, terutama dalam konteks Taiwan.
Menurut Paparo, China sudah jauh lebih cepat memproduksi kapal perang dan kapal selam, ditambah latihan militer yang seolah-olah latihan invasi. Kalau dibilang serius, ya memang serius—Taiwan bukan sekadar pulau kecil. Itu pusat produksi elektronik dunia. Jadi wajar kalau Washington terus memasangnya dalam radar utama.
Namun demikian, sementara satu sisi bicara damai dan reset dagang, sisi lain malah sibuk menunjukkan kekuatan. Pada hari yang sama dengan pertemuan di Swiss, militer AS menggelar “Elephant Walk” terbesar di Pangkalan Udara Kadena, Okinawa. 53 pesawat digelar seperti parade, termasuk F-35A, drone MQ-9, sampai helikopter HH-60. Jaraknya cuma 400 mil dari daratan China.
Brigadir Jenderal Nicholas Evans menyebutnya sebagai sinyal kesiapan dan dukungan terhadap sekutu. Bayangkan sebuah orkestra militer yang dimainkan tepat saat para diplomat menegosiasikan damai—keras tapi terukur.
Ketika Diplomasi Menggerakkan Bitcoin dan Kripto Lainnya
Yang menarik, pasar keuangan langsung bereaksi. Hari ini, 11 Mei 2025, harga Bitcoin meroket ke US$104.900. Itu cuma terpaut tipis, sekitar 4%, dari rekor tertinggi sepanjang masanya. Ethereum dan Solana pun ikut naik.
Optimisme pasar bisa jadi muncul bukan hanya karena isi kesepakatan, tapi karena gaya penyampaiannya—Trump memakai istilah “reset total” yang memberi kesan segala sesuatu akan dibuka ulang. Buat investor, itu bisa berarti angin segar. Apalagi dalam dunia kripto yang sering bergerak karena narasi, bukan hanya data.
Di sisi lain, jika hubungan dagang membaik dan tensi geopolitik mereda, maka ketidakpastian global ikut surut. Dan ketika ketidakpastian turun, aset seperti Bitcoin—yang kerap disebut sebagai “safe haven digital”—justru bisa menarik lebih banyak dana. Ini ironi kecil: stabilitas politik bisa memperkuat minat terhadap aset yang dulunya diposisikan sebagai pelarian dari sistem tradisional.
Apakah ini sinyal era baru dalam hubungan AS-China, atau hanya jeda singkat sebelum babak baru ketegangan? Belum ada jawaban pasti. Tapi satu hal yang jelas: investor, militer, dan pengambil kebijakan semuanya sedang bergerak. Masing-masing dengan agendanya. Dan buat kita yang mengamati dari luar, semua ini layak untuk terus dicermati—terutama kalau dompet kita juga ikut bergantung pada volatilitas pasar.