- Sberbank luncurkan obligasi berbasis Bitcoin untuk investor terakreditasi, tanpa perlu dompet kripto atau platform luar negeri.
- Rusia perluas penggunaan kripto dalam ekspor gandum dan perdagangan minyak guna hindari sanksi internasional.
Langkah mengejutkan datang dari Sberbank, bank terbesar di Rusia, yang baru saja meluncurkan produk keuangan berbasis Bitcoin.
Namun, bukan berupa token atau dompet digital, yang mereka hadirkan adalah obligasi terstruktur, produk investasi yang menggabungkan dua faktor: harga Bitcoin dalam dolar dan kekuatan dolar terhadap rubel. Ya, ini benar-benar terjadi di tengah negara yang selama ini cenderung hati-hati dalam mengadopsi aset digital.
Sberbank Siapkan Langkah Lanjutan di Bursa Efek Moskow
Obligasi ini tidak ditawarkan untuk umum, hanya untuk investor terakreditasi, dan semuanya dilakukan dalam rubel. Artinya, investor lokal bisa mendapatkan eksposur terhadap Bitcoin tanpa harus membuka dompet kripto atau mendaftar ke platform luar negeri. Coba bayangkan kalau kamu bisa merasakan naik turunnya harga BTC, tanpa repot bikin akun di bursa asing.
Lebih lanjut lagi, Sberbank berencana mencatatkan obligasi ini di Bursa Efek Moskow. Dan yang lebih menarik, mulai 4 Juni nanti, mereka juga akan meluncurkan produk futures Bitcoin lewat platform SberInvestments. Bukan cuma sekadar uji coba, ini sudah masuk ranah pasar yang nyata.
Dan kalau dilihat-lihat, Rusia seperti sedang menyusun peta jalan baru untuk memperluas peran kripto dalam sistem keuangannya.
Kripto Jadi Senjata Baru Rusia Hadapi Sanksi
Di sisi lain, CNF sebelumnya melaporkan bahwa Bank Sentral Rusia kini sudah memberikan lampu hijau bagi produk turunan kripto, meski tetap melarang kepemilikan langsung aset digitalnya. Jadi, meskipun investor belum bisa pegang Bitcoin secara fisik (atau digital, lebih tepatnya), mereka tetap bisa menikmati fluktuasi nilainya lewat instrumen seperti obligasi dari Sberbank ini.
Yang menarik, kebijakan ini bukan berdiri sendiri. Rusia memang belakangan tampak makin agresif memanfaatkan kripto dalam perdagangan internasional.
Misalnya saja, dalam urusan perdagangan minyak dengan Tiongkok dan India, dua mitra yang sama-sama ingin lepas dari dominasi dolar dan sistem SWIFT. Dan belum lama ini, Rusia bahkan mengumumkan rencana baru, di mana mereka akan mulai menerima pembayaran ekspor gandum menggunakan aset kripto. Target ekspornya? Sampai 49,5 juta ton.
Platform digital sedang disiapkan oleh Rosselkhozbank untuk mendukung transaksi tersebut. Kalau benar terlaksana, ini bisa jadi eksperimen skala besar bagaimana kripto digunakan untuk transaksi internasional yang sebelumnya didominasi mata uang fiat.
Namun demikian, jalan Rusia belum sepenuhnya mulus. Volatilitas harga dan minimnya kepercayaan global terhadap stabilitas aset digital masih menjadi penghalang. Di banyak negara, kripto masih dipandang sebagai aset spekulatif, bukan alat tukar yang sahih. Tapi ya, seperti kata orang, kalau sudah kepepet, inovasi kadang muncul dari tempat paling tak terduga.
Kalau dilihat dari semua manuver ini, Sberbank bukan cuma ingin ikut-ikutan tren. Mereka sedang meletakkan pondasi baru. Bisa jadi, ini adalah cerminan dari strategi Rusia yang lebih luas, demi menggeser ketergantungan dari sistem keuangan global ke jalur alternatif berbasis teknologi.