- GameStop menerbitkan obligasi konversi tanpa bunga dengan target dana segar mencapai US$2,25 miliar untuk keperluan investasi dan operasional.
- Fokus utama GameStop tetap di bisnis kartu koleksi, namun potensi pembelian Bitcoin kembali jadi sorotan publik dan analis.
Keputusan GameStop untuk memperbesar nilai penawaran obligasi konversi dari US$1,75 milyar menjadi US$2,25 milyar bikin banyak orang garuk-garuk kepala. Obligasi ini nggak kasih bunga sama sekali alias 0,00%, dan jatuh temponya masih lama: 15 Juni 2032.
Tapi yang bikin makin menarik, perusahaan juga membuka opsi tambahan sebesar US$450 juta. Kalau laku semua, GameStop bisa kantongi total dana segar sampai US$2,68 milyar. Kebayang, segede itu duit nganggur bisa dibelanjain buat apa aja?
GameStop sendiri bilang kalau dana ini akan dipakai buat kebutuhan umum perusahaan. Tapi lebih lanjut lagi, sinyal-sinyal ke arah investasi alternatif, terutama Bitcoin, makin terang. Ingat, Februari lalu CNF sempat memberitakan bahwa GameStop mempertimbangkan pembelian Bitcoin pakai uang tunai. Nggak heran sih, mengingat strategi seperti ini udah lebih dulu dipopularkan MicroStrategy.
Mirip MicroStrategy, Tapi Versi Toko Game?
Bukan rahasia lagi kalau MicroStrategy adalah raja Bitcoin di kalangan perusahaan publik. Mereka pegang sekitar 581.000 BTC, nilainya sekitar US$63 miliar. Padahal, pendapatan tahunan mereka cuma US$463 juta. Sumber dananya? Jualan saham dan obligasi konversi tanpa bunga—model yang kini diikuti GameStop.
Tapi, langkah ini bukan tanpa risiko. Waktu pasar lagi naik, semua kelihatan cemerlang. Tapi saat pasar kripto ambruk? Kerugiannya bisa jauh lebih pedih daripada diskon game yang kelewat murah.
Yang lebih bikin geleng-geleng, baru-baru ini MicroStrategy juga nerbitin saham preferen junior STRD dengan yield 11,75%, tapi dijual di bawah nilai nominal. Ini jadi penerbitan ketiga dari jenis yang sama. Artinya? Mereka makin nekat ngumpulin dana, kemungkinan besar buat beli Bitcoin lagi. Apakah GameStop bakal meniru langkah yang sama?
GameStop: Kartu, Bitcoin, atau Keduanya Sekaligus?
Sementara itu, CEO GameStop, Ryan Cohen, baru saja menyatakan bahwa fokus utama perusahaan ke depan adalah bisnis kartu koleksi seperti Pokémon dan olahraga. Menurutnya, lini itu cocok dengan sejarah perusahaan, lebih gampang dijual kembali (trade-in), bisa menarik basis pelanggan lama, dan berbasis ritel fisik.
Tapi di sisi lain, langkah penggalangan dana besar-besaran lewat obligasi zero-coupon seperti ini malah menimbulkan pertanyaan. Apakah GameStop cuma mau jual kartu, atau sebenarnya ngidam masuk lebih dalam ke dunia kripto?
Kalau dipikir-pikir, strategi investasi agresif dengan model obligasi konversi 0% ini memang kelihatan menggoda, apalagi buat perusahaan yang ingin “mengejar ketinggalan.” Tapi bukan cuma investor ritel yang mencium potensi masalah.
Pasca pengumuman pada 12 Juni, harga saham GameStop langsung ambles sampai lebih dari 20% dalam waktu beberapa hari. Banyak analis menilai pasar kurang suka dengan potensi dilusi saham yang bisa terjadi kalau obligasi dikonversi jadi saham.