- KuCoin mulai jalin komunikasi dengan regulator Korea Selatan setelah sebelumnya diblokir dari pasar tersebut.
- Mereka prioritaskan kepatuhan global sebelum benar-benar kembali ke Korea Selatan.
Setelah sempat dilarang beroperasi di Korea Selatan, KuCoin akhirnya membuka peluang untuk kembali masuk ke pasar Negeri Ginseng. Langkah ini bukan sekadar wacana, karena mereka sudah mulai menjalin komunikasi dengan regulator lokal.
Tapi rencana tersebut nggak langsung dieksekusi. CEO mereka, BC Wong, bilang kalau prioritas KuCoin saat ini adalah menyelesaikan urusan kepatuhan di beberapa pasar besar lain dulu—seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, India, hingga China. Jadi, Korea mungkin belum jadi destinasi utama, tapi tetap masuk radar.
Cryptocurrency exchange KuCoin said it will consider returning to South Korea after completing compliance with major markets such as the United States, the European Union, China, and India. KuCoin has already started communicating with South Korean regulators.…
— Wu Blockchain (@WuBlockchain) May 3, 2025
Denda Ratusan Juta Dolar Buka Mata KuCoin
Di balik strategi ini, ada cerita yang nggak kalah menarik. Pada 27 Januari 2025, KuCoin lewat entitas operasionalnya, Peken Global Ltd., mengakui kesalahan beroperasi tanpa lisensi pengiriman uang di Amerika Serikat. Mereka akhirnya harus membayar lebih dari US$297 juta—kombinasi denda pidana dan penyitaan.
Dua pendirinya, Chun Gan dan Ke Tang, juga sepakat menyerahkan masing-masing US$2,7 juta dan mundur dari peran manajerial. Bisa dibilang, ini pukulan telak yang bikin KuCoin sadar: kalau mau serius go international, kepatuhan itu bukan opsi, tapi kewajiban.
Langkah Diam-Diam dari Thailand hingga Indonesia
Menariknya, di saat mereka masih membereskan masalah di pasar besar, KuCoin malah sudah mencetak jejak baru di Asia Tenggara. Di sisi lain, CNF melaporkan bahwa mereka baru saja meluncurkan platform bursa kripto berlisensi di Thailand, hasil rebranding dari ERX.
Dengan begitu, KuCoin kini menjadi bursa kesembilan yang resmi diakui oleh regulator keuangan Thailand. Jadi meskipun gerak di Korea belum tancap gas, mereka nggak benar-benar diam.
Bukan cuma itu, pada 30 April 2025, KuCoin juga meluncurkan proyek besar bernama “Trust Project.” Nilainya nggak main-main, US$2 miliar digelontorkan. Tujuannya? Meningkatkan transparansi, keamanan, dan kepatuhan—semua demi membangun ekosistem kripto yang lebih sehat dan dipercaya.
BC Wong menyebut langkah ini sebagai bentuk komitmen jangka panjang, terutama buat perlindungan pengguna dan operasional yang benar-benar taat aturan. Bisa jadi, proyek ini bakal jadi fondasi kuat buat comeback mereka ke Korea nanti.
Menariknya lagi, KuCoin juga menjalin kerja sama dengan Tokoin—proyek blockchain asal Indonesia yang banyak membantu UMKM. Lewat kemitraan ini, KuCoin ikut membuka akses bagi pelaku usaha kecil menengah untuk menjangkau layanan keuangan seperti pinjaman, asuransi, hingga pasar digital.
Coba bayangkan kalau proyek-proyek seperti ini dikombinasikan dengan masuknya kembali ke Korea Selatan. Dampaknya bisa luar biasa, bukan cuma buat ekosistem lokal, tapi juga untuk reputasi KuCoin yang selama ini sempat terguncang.
Namun demikian, jalan mereka jelas nggak akan mulus. Setelah sempat diblokir dan kini harus bersaing dengan bursa lain yang sudah lebih dulu mapan di Korea, KuCoin harus benar-benar siap. Masalah hukum, tantangan regulasi, dan sentimen pasar tentu nggak bisa diabaikan.